Cyber Media
Call Warta: 2981039
Lemahnya kemampuan menulis menjadi dasar munculnya kebijakan untuk membuat jurnal dari Dikti. Tak hanya itu saja, tentunya kita semua berkeinginan agar tulisan dari Indonesia dapat bersaing di kancah internasional. Namun, kenyataannya Indonesia masih belum siap dikarenakan masih tidak adanya keseimbangan antara jumlah jurnal yang dibuat dengan dosen yang me-review jurnal tersebut.
“Tulisan yang dibuat harus bagus. Karena tulisan yang tidak menarik pasti tidak akan dibaca oleh orang lain. Caranya, tuangkan ide cerdas kedalam tulisan yang berkualitas,” tutur Prof Joni, rektor Ubaya. Banyak manfaat yang bisa dituai jika Ubaya menjalankan kebijakan itu. “Ubaya akan dikenal oleh masyarakat dengan tulisan yang dihasilkan oleh mahasiswa. Akan tetapi di lain pihak, jika hasil tulisan tersebut tidak memuaskan justru akan menjatuhkan citra Ubaya,” tukasnya.
Menganggapi banyaknya peraturan dalam kebijakan tersebut, diperlukan persiapan yang matang karena tidak bisa direalisasikan secara mendadak. Tak heran jikalau kebijakan yang masih seumur jagung tersebut sudah dapat membuat mahasiswa jadi kebingungan. Sebagai antisipasinya, mahasiswa harus seringkali berlatih membuat tulisan sejenis jurnal.
Berbagai pembekalan telah diberikan oleh Ubaya seperti mata kuliah Presentasi dan Penulisan Karya Ilmiah (PPKI) dan Metode Penelitian agar mahasiswa bisa mengikuti perkembangan pendidikan di dunia Internasional. “Diharapkan para dosen bisa mulai banyak menulis supaya menjadi panutan bagi mahasiswa untuk mendukung Indonesia dalam mengikuti kemajuan pendidikan di dunia Internasional.” tutup Prof Joni. (jco/wu)