Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Apa beda mahasiswa saat ini dibanding mahasiswa 20 tahun yang lalu?”, tanya seorang mahasiswa baru kepada dosen senior dalam suatu perbincangan santai berkenaan dengan kegiatan kemahasiswaan. Dosen senior itu menjawab, ”Lingkungan sosial dan situasi kemasyarakatan kita yang sudah banyak berubah,”
Ketika jumlah mahasiswa dan perguruan tinggi masih sedikit di Indonesia maka menjadi mahasiswa artinya menjadi kelompok berstatus sosial tinggi. Ada ungkapan “student today leader tomorrow” yang menunjukkan begitu besar harapan masyarakat kepada mahasiswa. Apalagi sejarah telah membuktikan bahwa para mahasiswa dan orang-orang terdidik menjadi pelopor dan berperan penting dalam perubahan sosial bagi lingkungan sekitarnya.
Lulusan perguruan tinggi pun ketika itu masih langka. Padahal para lulusan dari universitas sangat dibutuhkan dalam birokrasi negara maupun perusahaan swasta. Menjadi mahasiswa merupakan dambaan untuk memperoleh taraf kehidupan yang lebih baik. Harapan inilah yang memacu berbagai pihak untuk ikut mendirikan perguruan tinggi sekaligus memenuhi keinginan lulusan sekolah menengah untuk menjadi mahasiswa.
Namun keadaan saat ini sudah berubah. Jumlah lulusan perguruan tinggi sudah banyak. Menjadi mahasiswa seakan-akan merupakan keharusan setelah lulus dari sekolah menengah. Tetapai setelah menjadi sarjana, mereka acapkali harus menunggu pekerjaan yang cocok buat mereka. Lowongan yang dulunya mudah diisi sekarang sudah penuh. Begitu banyak jenis pekerjaan yang diciptakan berkenaan dengan kemajuan teknologi. Menjadi mahasiswa berarti siap menghadapi berbagai tantangan masa depan yang saat ini belum diketahui.
Ambil contoh sederhana. Toko-toko atau “outlet” yang menjual telepon seluler dan pulsa bertebaran di kota sampai pelosok desa. Temuan (inovasi) para insinyur, kemampuan memproduksi secara masal, dan kemampuan para pedagang (wirausaha) menyebabkan begitu mudah orang memperoleh telepon seluler dengan harga terjangkau. Setiap orang bisa memiliki lebih dari satu. Sangat sulit menemui mahasiswa yang tidak menggunakan handphone. Kondisi seperti ini sudah marak ditemui belasan tahun terakhir.
Menghadapi masa depan yang memberi banyak peluang sekaligus tantangan inilah yang sebaiknya dipahami mahasiswa. Karena itu selain mengikuti perkuliahan sesuai kurikulum, mahasiswa juga sebaiknya mempersiapkan diri untuk nantinya bisa hidup secara bermartabat. Salah satunya adalah kemampuan praktis dalam mengelola diri sendiri melalui kegiatan kemahasiswaan.
Kemampuan atau keterampilan penting yang bisa diperoleh dalam mengikuti aktivitas kemahasiswaan antara lain, mengelola waktu, memilah prioritas kegiatan, memulihkan energi guna menghindari kelelahan, memilih rekan bergaul, dan berkomunikasi efektif.
Memang banyak pilihan kegiatan yang bisa diikuti seorang mahasiswa. Dan pada saat itulah mahasiswa berlatih untuk memilih. Manakala sudah memilih maka mahasiswa sebaiknya mampu mempertimbangkan mana yang penting supaya tidak sampai mengabaikan perkuliahan wajib yang sedang diikuti.
Ada kalanya kegiatan yang demikian beragam membuat mahasiswa tidak mempunyai waktu luang dan mudah lelah. Dalam kondisi ini sebaiknya mahasiswa tahu cara bersantai yang sehat guna menghindari diri dari kelelahan berkepanjangan.
Selain itu memilih rekan bergaul juga penting karena tidak mungkin seorang mahasiswa mampu berinteraksi dengan demikian banyak orang walaupun media sosial seperti telepon seluler dan internet memungkinkan hal itu. Jejaring sosial atau pertemanan yang baik nantinya menjadi “modal” di masa mendatang.
Pada akhirnya, semua pengetahuan, keterampilan, atau sikap hidup bisa dinyatakan melalui komunikasi yang efektif. Seorang individu bisa mengekspresikan diri dalam lingkungan sosialnya guna menempatkan diri pada suatu posisi yang bermartabat. Karena itu saat menjadi mahasiswa adalah saat yang baik untuk membekali diri.