Cyber Media
Call Warta: 2981039
Ada yang menarik di kalender akademik semester genap 2011-2012. Di minggu terakhir bulan April, ada tanda khusus yang jika dilihat lebih jelas memiliki keterangan sebagai minggu pengembangan kemahasiswaan. Acara macam apa ya yang hendak dilaksanakan Ubaya? Berikut penuturan Stefanus Soegiharto ST MSc selaku Direktur Pengembangan Kemahasiswaan Ubaya.
“Bukan kegiatan kuliah kok, kegiatannya hanya dikhususkan untuk pengembangan soft skill atau karakter mahasiswa melalui kegiatan ekstrakurikuler,” terangnya. Bukan tanpa alasan Ubaya memberi minggu khusus bagi kegiatan ini. Ide awalnya diakui berangkat dari keinginan Ubaya untuk menghasilkan profil lulusan yang utuh. Sebab, ada beberapa tujuan pendidikan di Ubaya yang intinya bukan hanya membekali mahasiswa secara kurikuler atau materi saja. “Lulusan yang utuh adalah yang baik secara akademik atau hard skill didukung oleh soft skill dan pembentukan karakter yang baik,” tegas dosen Teknik industri ini.
Lebih lanjut, ia juga menekankan bahwa soft skill dan pendidikan karakter seharusnya menyatu dengan kurikulum masing-masing program studi. Minggu pengembangan kemahasiswaan di minggu kedelapan perkuliahan diharap mampu menjadi trigger atau pemacu awal bagi soft skill dan pendidikan karakter berkelanjutan di masa mendatang. Lantas, mengapa dibutuhkan seminggu khusus?
“Kegiatan ekstrakurikuler seringkali kalah prioritas dengan kegiatan kurikuler. Adanya minggu khusus ini sebenarnya untuk membantu mahasiswa fokus tanpa gangguan benturan dengan jadwal kuliah,” jelas Stefanus. Iapun mencontohkan banyaknya kegiatan yang dimiliki CAC sering kekurangan peserta karena alasan banyaknya tugas atau terbentur jadwal kuliah. Langkah yang telah diambil Ubaya ini diharap mampu menghasilkan profil lulusan utuh yang berkualitas.
Dalam pelaksanaannya, universitas akan turut menetapkan materi yang diberikan selain memberi kebebasan bagi tiap fakultas untuk menyelenggarakan acaranya sendiri. Materi yang wajib diberikan adalah mengenai presentation skill dan sisanya bebas ditentukan tiap fakultas. Peserta wajibnya adalah seluruh mahasiswa angkatan 2010 dan 2011, sedangkan mahasiswa angkatan di atasnya tetap diizinkan berpartisipasi jika ingin. Intinya, Stefanus berharap agar mahasiswa tidak menjadikan kegiatan ini sebagai suatu keterpaksaan. “Semua kegiatan ini ada tujuannya. Semoga mahasiswa memiliki kesadaran untuk mengikutinya karena merasa membutuhkan sebab lewat pembekalan semacam inilah mahasiswa dapat membangun diri,” tutupnya bijak. (caz/wu)