Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Sekarang kalau jadi dosen Ubaya harus lewat tes dan prosedur tertentu, beda dengan zaman saya dulu.”
Perubahan demi peningkatan kualitas memang terus dilakukan Ubaya demi perbaikan dan wujud diri menjadi lebih baik. Seperti yang diakui Drs ec Budi Setiohardjo Ak yang menyaksikan sendiri perubahan tersebut. Salah satu dosen senior ini mengisahkan bahwa ketika pertama kali masuk di Ubaya pada 1962, belum ada prosedur atau tes bagi calon dosen untuk bergabung di Ubaya. “Kini standard penerimaan dosen sudah makin ketat guna menyaring sumber daya yang benar-benar berkualitas,” ungkap dosen FBE ini.
Lebih lanjut, kelahiran Tuban ini menyatakan bahwa standardisasi dosen yang makin ketat juga bermanfaat untuk mengetahui spesialisasi setiap dosen. Sebab, tidak mungkin seorang dosen mengajar semua mata kuliah yang ada di fakultasnya. Budi pun mencontohkan dosen FBE secara khusus di jurusan akuntansi yang harus memiliki spesialisasi di bidang masing-masing. “Nah, standardisasi dosen yang ada diarahkan untuk menjaga dan memperkuat spesialisasi tersebut,” terangnya.
Standardisasi pun tak berputar hanya pada pengetahuan yang tinggi, namun juga mencakup attitude dosen di Ubaya. Misalnya, ke depan untuk menjadi dosen Ubaya salah satu syaratnya adalah memiliki gelar S2. Melengkapi kecakapan di bidang ilmu tersebut, para dosen juga dijaga agar tidak berlaku seenaknya ketika mengajar seperti hadir terlambat atau bahkan tidak memenuhi kewajiban mengajar yang merugikan mahasiswa.
Dosen tetap khusus di Ubaya ini pun mengaku senang melihat kemajuan tersebut meski ia sendiri tak terlalu merasakannya. “Umur saya memang sudah cukup, namun saya masih bisa mengabdi lewat mengajar meski tidak hadir full-day di sini,” ujarnya. Menutup wawancara, Budi menyampaikan harapan agar standardisasi yang ada kini bisa mencetak dosen berkualitas dengan attitude baik, spesialisasi terarah dan kerjasama yang baik antar dosen. “Ini adalah sistem yang sangat baik agar dosen memiliki nilai lebih dalam sikap di samping pengetahuan yang tinggi,” tutup dosen bertingkat guru besar madya ini. (asp,sv1)