Cyber Media
Call Warta: 2981039
Melihat buku tebal, berbahasa Inggris, belum lagi harus membuka kamus untuk mengartikannya dan memahami isi textbook. Kegiatan-kegiatan seperti ini tak akan kita lewatkan ketika berkunjung ke perpustakaan. Tak terkecuali ketika kita berkunjung ke perpustakaan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November).
Mayoritas buku yang disediakan oleh perpustakaan ITS adalah buku impor. “Mungkin karena kita lebih cenderung dalam bidang teknik maka kita lebih banyak menggunakan buku-buku impor,” ungkap Drs Mansur Sutedjo SiP, kepala perpustakaan ITS.
Bagi Mansur, biasanya mahasiswa lebih memilih meminta hand out dari dosen. Lagipula sekarang juga sudah ada fasilitas e-book free. “Maka dari itu, perpus pun berupaya men-download melalui internet dan mencari informasi seputar buku-buku edisi terbaru. Namun tetap harus disesuaikan dengan masing-masing prodi melalui silabus dan merupakan kebutuhan mereka pula,” tukas Mansur.
Selain buku impor, pihak perpustakaan pun menyediakan buku yang ditulis sendiri oleh dosen-dosen ITS. “Walaupun beberapa dosen ada yang bikin textbook, masih sedikit dosen yang menulis buku kuliah untuk mahasiswa,” tutur pria asal Pacitan ini. Ada pula buku buatan dosen yang yang di ekspor ke luar negeri. Salah satunnya adalah Dr Subchan, ia adalah ahli persenjataan. Buku dengan judul “Pesawat tanpa Awak” ini juga diakui oleh Perguruan Tinggi Inggris ternama.
Namun sayang, mahasiswa cenderung memilih buku terjemahan yang lokal dari pada buku impor. Pernah Mansur menanyai salah satu mahasiswa “Lho, kamu dibelikan orang tuamu buku bagus bertaraf Internasional, kenapa ko’ nggak mau? Lalu jawaban dari mahasiswa tersebut malas nerjemahinnya, karena nggak praktis, ” ceritanya. (mg)