Cyber Media
Call Warta: 2981039
Menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah CHIP dan CFVD bukanlah pekerjaan yang bisa dianggap mudah. Dalam Kesehariannya, Andre M Mantiri biasa mengatur proses pembuatan majalah dari awal hingga akhir. Dibutuhkan pemahaman yang baik dalam mengatur pemrosesan sebuah majalah dari awal hingga akhir. Di sela-sela kesibukannya, ia masih menyempatkan diri untuk membaca buku. Bagaimana pendapatnya mengenai buku impor dan buku lokal? Mari kita simak wawancara eksklusif berikut ini :
WU:
Bagaimana keseharian Bapak sebagai Pimpinan Redaksi Majalah CHIP dan CFVD ?
ANDRE:
Selain mengatur proses pembuatan majalah dari awal hingga akhir, saya juga bertanggung jawab pada isi atau konten dari majalah-majalah tersebut. Informasi yang akurat dan berimbang menjadi aturan yang mesti saya pegang teguh. Alasannya, tanggung jawab sebuah media adalah kepada masyarakat. Dengan informasi yang komprehensif dan berimbang masyarakat akan semakin terbuka wawasannya. Dengan kata lain, tugas sebuah media adalah mengedukasi masyarakat.
WU:
Buku apa saja yang gemar Bapak baca ? baik yang lokal maupun import
ANDRE:
Saya menyukai berbagai jenis buku, seperti biografi, desain, teknologi, pengembangan diri, musik, dan novel-novel berjenis spionase. Sedangkan majalah, saya menyukai majalah Maximum PC (import), Computer Art (import), ImagineFX (import), Wired (import), dan TEMPO (lokal).
WU:
Apakah alasan Bapak menyukai buku jenis tersebut ?
ANDRE:
Jenis buku-buku atau majalah yang saya sebukan di atas umumnya sarat informasi dan inspirasi, sehingga sangat membantu saya dalam pekerjaan dan memperluas wawasan saya.
WU:
Menurut Bapak, apa yang membuat buku impor bagus ?
ANDRE:
Kemasan dan desain adalah alasan mengapa buku impor itu sangat bagus.
WU:
Menurut Bapak, Apa kelebihan buku lokal dibanding yang import ?
ANDRE:
Di sini saya mencoba membandingkan buku lokal dengan buku import yang sudah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. Khusus dalam hal ini, faktor bahasa menjadi kelebihan buku lokal. Beberapa kali saya merasa dikecewakan dengan buku-buku import yang sudah dialihbahasakan. Bahasanya terasa aneh atau janggal. Tidak enak. Sepertinya sang penerjemah dan editor kurang menyelami lebih dalam maksud si penulis sehingga sulit mendapatkan kata-kata atau kalimat yang pas untuk pembaca di Indonesia.
WU:
Untuk CHIP Indonesia sendiri, apakah memiliki perbedaan dalam hal isi jika dibandingkan dengan versi aslinya (Jerman)?
ANDRE:
Ada perbedaan antara CHIP versi asli dengan versi Indonesia. Kami akui bahwa beberapa artikel yang ada di CHIP Indonesia adalah hasil terjemahan dari CHIP versi asli (Jerman). Namun artikel-artikel tersebut kami batasi. Kami hanya mengambil 30 persen saja dari versi asli, selebihnya adalah artikel lokal, seperti Tes Individu Hardware, Tes Perbandingan, Aktual Berita, dan beberapa artikel lainnya. Khusus artikel pengujian hardware, jelas kami tidak bisa menggunakan terjemahan dari CHIP Jerman, karena sangat tidak relevan dengan pasar hardware yang ada di Indonesia.
WU:
Harapan Bapak untuk buku lokal agar bisa bersaing dengan buku import ?
ANDRE:
Agar dapat bersaing dengan buku import, buku lokal perlu mendandani lagi kemasan dan desain. (voc)