Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Apa itu e-learning?”, tanya seorang mahasiswa baru kepada mahasiswa senior ketika bersama-sama mengunduh materi perkuliahan. Mahasiswa senior itu menjawab:”suatu cara atau metode”. “Apakah ujiannya sama dengan ujian seperti biasanya?”, tanya mahasiswa baru itu lebih lanjut. Mahasiswa senior itu terdiam.
Istilah learning dipahami sebagai pembelajaran dimana melalui pembelajaran terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap individu terhadap realitas yang dihadapi. Istilah “e” kependekan dari electronic menunjukkan media pembelajaran menggunakan piranti elektronik yaitu perangkat komputer. Karena itu perubahan yang pertama terjadi pada individu melalui e-learning adalah keterampilan menggunakan komputer dan pengetahuan tentang peran komputer itu sendiri.
Realitas yang dihadapi seorang individu termasuk mahasiswa selalu berubah seiring perkembangan jaman. Kalau dulu dosen hanya menulis dengan kapur di papan tulis, kemudian dengan bantuan ‘proyektor’ memproyeksikan apa yang yang sudah dicatat di kertas transparan supaya bisa dilihat mahasiswa dimana mahasiswa mencatat dan/atau mengcopi. Selanjutnya dosen menyampaikan materi kuliahnya melalui “power point” dimana mahasiswa telah memiliki copinya dan berusaha untuk memahaminya. Saat ini dosen bisa menugaskan mahasiswa untuk mencari sendiri materi dari sumber yang begitu beragam di internet.
Tanpa sadar e-learning sudah menjadi bagian dari kebiasaan sivitas akademika (dosen-mahasiswa) saat ini. Sulit dibayangkan pembelajaran tanpa melibatkan komputer dan perangkat telekomunikasi lainnya seperti telepon seluler dan internet. Hasil yang bisa dirasakan adalah semakin banyaknya informasi dan pengetahuan yang bisa dikumpulkan dalam waktu singkat.
Tetapi masalah yang dihadapi adalah bagaimana memilah informasi dan pengetahuan yang relevan bagi kebutuhan mahasiswa itu sendiri. Disinilah seni memilah dan memilih apa yang dibutuhkan. E-learning adalah suatu cara bukan suatu hasil. Semua masih bergantung pada mahasiswa yang sedang belajar dan membekali diri. Mahasiswa diharapkan tahu apa yang dia butuhkan sehingga bisa memilah dan memilih dengan tepat.
Banyak materi kuliah/praktikum yang perlu didalami dengan bimbingan langsung dosen atau asisten (tatap muka langsung) dimana mahasiswa bertemu dosen/asisten. Ini menjadi tantangan tersendiri ketika membangun e-learning. Maksudnya, tidak semua perkuliahan/praktikum efektif melalui e-learning.
Pihak perguruan tinggi tidak perlu memaksakan e-learning kalau memang tidak dibutuhkan mahasiswa. Apalagi kalau sekedar ingin pamer seakan-akan sudah berhasil tampil beda. Tetapi sebaiknya mencari format yang tepat agar e-learning ini bisa terstruktur sampai ke sistem evaluasi. Atau jadikan e-learning sebagai transformasi mencari model pembelajaran yang optimal – selalu disempurnakan dari waktu kewaktu..
Karena itu jangan dianggap dengan menjalankan praktik e-learning maka semuanya sudah lebih maju atau lebih hebat seakan-akan sudah mengikuti jaman. Mahasiswa yang menentukan apakah mau belajar dengan tekun sampai terampil, atau menjinjing komputer sekedar mengikuti mode /gaya hidup yang dianggap modern.
Pada akhirnya kembali kepada mahasiswa itu sendiri: untuk apa dia datang ke kampus dan untuk apa dia kuliah. Mahasiswa diharapkan lebih berinisiatif dengan melibatkan pendampingan dosen/asisten dalam relasi yang profesional. E-learning hanya cara atau metode pembelajaran bukan keberhasilan pembelajaran itu sendiri.