Cyber Media
Call Warta: 2981039
Dewasa ini, kita sering menemukan fasilitas pembelajaran lewat media elektronik atau yang lebih di kenal dengan e-learning. Apalagi mahasiswa Ubaya yang sudah memiliki fasilitas tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ada pula mahasiswa Ubaya yang belum tahu tentang e-learning dan berbagai dampak psikologis yang mungkin diakibatkan oleh fasilitas tersebut.
“Pada zaman dahulu, lebih dikenal dengan istilah distant learning atau pembelajaran jarak jauh. Berkat teknologi yang semakin maju, pembelajaran jarak jauh tersebut kini bisa diakses lewat media elektronik. Inilah yang biasa dikenal dengan e-learning,” ungkap Aniva Kartika SPsi MA, dosen psikologi pendidikan. Ia pun menuturkan bahwa saat ini kebutuhan pembelajar telah berubah sehingga menuntut mereka mencari cara pembelajaran lain yang bisa menunjang proses pembelajarannya itu sendiri.
Menurut dosen kelahiran Surabaya ini, e-learning dapat bekerja secara optimal apabila pembelajar dapat merespon dengan baik stimulus yang disediakan secara mandiri. “E-learning lebih cocok untuk mahasiswa yang sudah matang. Sedangkan untuk pembelajaran normal lebih cocok bagi mahasiswa yang belum mandiri,“ tuturnya. Selain itu, e-learning sebenarnya mendorong mahasiswa lebih mandiri dan efisien dalam hal waktu. Namun, fasilitas tersebut tak akan efektif bila tak ditunjang dengan sarana pendukung yang baik.
Lantas, apa dampak psikologis yang mungkin terjadi terhadap mahasiswa yang terlalu mengandalkan e-learning? “Stimulasi untuk komunikasi secara verbal dapat berkurang. Oleh sebab itu, harus seimbang antara e-learning dengan pembelajaran normal,” tukasnya. Dengan keseimbangan tersebut e-learning dan pembelajaran normal sama-sama bermanfaat bagi pembelajar meskipun masing-masing memiliki cara pembelajaran yang berbeda.
Aniva juga berpesan agar mahasiswa tak perlu takut pada teknologi sebab pada dasarnya teknologi diciptakan untuk kepentingan manusia pada akhirnya. “Dengan adanya e-learning, mahasiswa akan lebih tertantang untuk mandiri dan mendapatkan ide-ide baru. Pandanglah sebagai suatu kesempatan, sehingga bisa merubah kebiasaan belajar,” pesannya menutup wawancara. (iuz,il5)