Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Apakah istilah tridarma hanya ada di perguruan tinggi di Indonesia?”, tanya seorang mahasiswa kepada dosen pembimbingnya. “Mengapa hanya tri (=tiga), apakah tidak ada hal lain yang juga penting?”, mahasiswa tersebut melanjutkan pertanyaannya. Dosen pembimbing itu diam sejenak, kemudian menjawab perlahan:”Ya, istilah itu popular di Indonesia”. Ya..mengapa tiga dan disebut darma.
Jelas kata darma bukan berasal dari bahasa Inggeris tetapi dari Bahasa Sansekerta. Darma dipahami sebagai suatu yang baik, yang utama dan dijunjung tinggi. Menjalankan darma dipahami sebagai melakukan suatu hal yang luhur dan terpuji. Tridarma di perguruan tinggi itu terdiri dari: pendidikan/pengajaran (teaching), penelitian (research) dan pengabdian (service). Melalui tridarma, perguruan tinggi menunjukkan jatidiri dan peran penting dalam membangun masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, fungsi utama suatu perguruan di Indonesia adalah untuk menjalankan tridarma. Aktor utama yang menjalankan peran penting ini dikenal sebagai sivitas akademika (dosen dan mahasiswa).
Darma pertama adalah pendidikan/pengajaran yang meliputi perkuliahan, pembimbingan dan semua proses pembekalan pengetahuan/keterampilan yang nantinya melekat dalam diri mahasiswa. Dosen yang memberi kuliah atau membimbing tentu telah memiliki pengetahuan yang cukup. Pada diri mahasiswa terjadi transformasi atau perubahan karena proses pembelajaran. Pengalaman belajar dalam diri mahasiswa menjadi unik karena hanya bisa dirasakan oleh diri mahasiswa itu sendiri. Apa yang dipelajari perlu terus digali, dicari dan dikembangkan. Proses pencarian ini dilakukan dengan metode yang terstruktur yang berujung pada pencarian ’kebenaran’. Proses pencarian inilah yang dikenal sebagai penelitian yang dinyatakan sebagai darma kedua.
Penelitian menjadi pondasi kegiatan pembelajaran. Melalui penelitian dicari hal-hal baru yang nantinya diperlukan dalam proses belajar mengajar. Tanpa penelitian apa yang diajarkan hanya menyampaikan hal-hal yang sudah umum diketahui. Keterampilan meneliti juga dibekalkan kepada mahasiswa dalam bentuk skripsi atau tugas akhir dimana mahasiswa dilatih untuk menulis dan menyampaikan gagasannya dari apa yang sudah dia dapatkan dalam proses penelitian. Pengabdian dijadikan darma ketiga karena diasumsikan bahwa perguruan tinggi berwatak sosial. Proses belajar menjadi wahana bagi mahasiswa dan juga dosen untuk mengembangkan kapasitas diri mereka. Proses belajar bukanlah komoditas yang dijual-belikan apalagi dikomersialkan.
Pengabdian tidak berarti gratis tanpa biaya, tetap diperlukan biaya tetapi tujuannya tidak diutamakan mencari keuntungan. Makna ”luhur” dari kegiatan pengabdian itulah yang lebih diutamakan. Jadi ketiga darma itu melekat pada fungsi perguruan tinggi dan dijalankan secara harmonis oleh sivitas akademika. Pengajaran tanpa penelitian hanya ”menyampaikan” pengetahuan umum yang sudah lewat. Penelitian tanpa pengajaran dan pengabdian hanya mengisolir diri dari pergaulan. Sebaliknya pengabdian tanpa pondasi pembelajaran dan penelitian menjadikan pengabdian itu kegiatan umum yang bisa dilakukan siapa saja. Dari sini bisa dipahami bahwa organisasi perguruan tinggi dengan tridarmanya memang unik dan berbeda dengan organisasi lainnya. Walaupun berwatak sosial tetapi perguruan tinggi bukan organisasi sosial. Perguruan tinggi bukan tempat sekedar ”menampung” orang ,melainkan menjadi wahana bagi mereka yang mau mentransformasikan diri dengan berbekal darma untuk nantinya berperan secara bermartabat.