Warta
UBAYA
21-11-2024
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Fokus
- Libatkan Mahasiswa dalam Pelaksanaan Tri Dharma
Untuk mengemban Tri Dharma Pendidikan, Ubaya mendapat support dari unit-unit kerjanya. Salah satunya dari Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham). Namun fokus utama Pusham lebih kepada penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
“Hal ini dikarenakan kami tidak bisa masuk ke perkuliahan, tidak semua fakultas mengajarkan tentang HAM. Selain itu dulu ketika MOB ada seminar HAM bagi maharu sehingga kita bisa langsung kasih materi ke mahasiswa. Namun aktivitas MOB ini sudah tidak ada,” ungkap Yoan Simanjuntak SH Mhum, ketua Pusham Ubaya.
Pusham telah melakukan banyak penelitian dari tahun 2006-2010. Dalam pelaksanaanya, Pusham juga menggandeng berbagai lembaga, antara lain Komisi Yudisial, Kanwil, Raoul Wallenberg Institut, dll. “Tahun 2010 kami mendapat hibah dari Dikti mengenai penelitian strategis, dan di 2011 ini mengenai eveluasi Pos PUD (Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu) di Surabaya,” ujar Yoan.
Sebagai informasi, pengabdian yang dilakukan PUSHAM antara lain berupa pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan HAM berprospektif gender untuk guru PKN, seminar mengenai pekerja imigran, seminar CSR (Coorporate Social Responsibility), dan diskusi. Ada pula aksi turun ke jalan supaya masyarakat terasah tentang HAM, serta training dengan menggandeng LSM. “Di tingkat SMA dan perguruan tinggi kami aktif mengadakan lomba-lomba, kami juga mengadakan pelatihan untuk mencegah perdagangan orang,” kata wanita kelahiran Jogjakarta, 12 Agustus 1971.
Pusham juga melibatkan mahasiswa sebagai relawan, agar mahasiswa juga mendapat pengetahuan tentang HAM. Sedangkan bagi karyawan, Pusham rutin mengadakan diskusi HAM, yang topiknya berganti tiap bulan. “Kita sudah punya nama baik di Jatim, nasional bahkan internasional, sehingga Ubaya jadi lebih dikenal di tingkat nasional bahkan internasional,” ujar wanita yang hobi membaca dan mendengarkan musik.
Bila bicara tentang HAM, sebaiknya diberi ruang di tiap fakultas karena perspektif orang akan HAM sekarang yang masih sempit, hanya sebatas pada apa yang diperlukan seorang individu. Padahal HAM ada banyak ragamnya.
Hambatan pun harus dilalui Pusham, antara lain dalam faktor funding karena orang awam berpikir Pusham seolah-olah lembaga sosial. Padahal selama ini Pusham banyak mendapat funding dari pihak asing. Selain itu SDM yang terlibat dalam penelitian dirasa masih kurang. ”Penelitian yang dilakukan Pusham sampai pelosok, beberapa penelitian kita mengikutkan mahasiswa yang menjadi relawan, namun dari pihak dosen agak susah diajak karena kesulitan untuk meninggalkan jam perkuliahan,” ungkap penyuka berbagai masakan mie ini.
Pengajar mata kuliah hak kekayaan intelektual inipun berharap agar lebih banyak lagi penelitinya. Dalam hal pengabdian masyarakat, ia berharap keikutsertan seluruh civitas akademika. “Hal ini akan membuktikan kita peduli HAM. Selain itu, harus ada kerjasama yang bersinergi antar lembaga, sehingga perwujudan HAM menjadi lebih nyata, karena banyak LSM, pemerintah maupun universitas yang jalan sendiri-sendiri,” harapnya. (art)
[ Posted 15/05/2011 oleh welly ]