Warta
UBAYA
21-11-2024
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Fokus
- Tips Sukses Hasilkan Sebuah Novel
Bagi seseorang yang menyukai dunia tulis menulis, menerbitkan suatu buku merupakan sebuah cita-cita tersendiri. Terkadang, kita memang masih tidak tahu apa saja hal yang perlu disiapkan untuk membuat suatu buku. Tapi kali ini, Erlin Cahyadiputro, penulis novel berjudul “Pacar Pura-Pura” terbitan Andi Publisher dan “Bali To Remember” terbitan Gramedia Pustaka Utama ingin berbagi tips dalam pembuatan sebuah novel.
Langkah awal yang waib dilakukan yaitu penentuan ide cerita. Setelah itu, dibuatlah kerangka karangan dan menentukan karakter-karakter dalam novel. “Adanya kerangka karangan akan sangat membantu kelancaran menulis novel,” tutur alumni FBE Ubaya. Mengenai karakter haruslah dipilih dari awal. “Jangan sampai karakternya berubah-ubah karena itu bisa mengurangi kenikmatan pembaca,” tutur penghobi renang.
Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam menulis sebuah novel. Perbendaharaan kata menjadi salah satu yang mutlak harus dipenuhi. “Dengan mempunyai perbendaharaan kata yang banyak, penulis mampu menghasilkan tulisan yang lebih menarik dan enak dibaca. Ambil contoh, seperti kata ‘bercucuran keringat’ akan lebih enak dibaca bila diganti dengan kata ‘bersimbah peluh’,” jelas mantan pimred WU. Cara memperbanyak perbendaharaan kata pun ternyata tak sulit. “Banyak membaca buku adalah kunci jawabannya,” bebernya.
Kekonsistenan dalam pemilihan sudut pandang pun harus diperhatikan untuk membuat novel yang ideal. Sudut pandang yang sering digunakan dalam penulisan novel adalah sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Orang pertama biasanya dengan penggunaan kata aku, sementara orang ketiga dengan penggunaan nama. “Jangan di awal menggunakan aku, di tengah-tengah menggunakan nama,” jelasnya.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan. Setelah naskah telah jadi, haruslah menyediakan waktu membacanya ulang. Tujuannya pertama, memperbaiki kata-kata yang mungkin salah ketik. Kedua, memperbaiki kalimat atau paragraf yang tidak enak dibaca. Jika ada yang kurang sreg, jangan ragu diedit bahkan dibuang. “Jangan sampai hanya gara-gara malas membuang, naskah kita justru dipandang jelek oleh penerbit,” pungkasnya. Naskah hasil sebelum dan sesudah editan pun sebaiknya disimpan dalam satu file tersendiri. “Kelak kalau kehabisan ide, coba baca ulang naskah-naskah tadi, siapa tahu ada yang bisa dipakai,” paparnya.
Menulis novel ternyata membutuhkan waktu cukup lama, juga harus mempunyai komitmen dan konsisten. Bila dari awal bertekad menulis dua jam sehari maka harus dipatuhi. “Seandainya sudah benar-benar jenuh, istirahatlah. Tapi tetap komitmen terhadap waktu istirahat tersebut. Jangan sampai kebablasan,” tegasnya. Berhubung dirinya bukan penulis full time, waktu menyelesaikan satu novel bisa mencapai tiga sampai empat bulan. “Soalnya hanya bisa menulis saat malam, pagi sampai sore harus bekerja,” tuturnya.
Selesai memberi tips menulis naskah, Erlin juga menjelaskan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menerbitkan novel. “Siapkan hardcopy naskah lalu kirimkan ke penerbit yang kita inginkan. Selanjutnya menunggu kabar dari penerbit,” jelasnya. Biasanya penerbit membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan untuk menilai naskah. Bila naskah diterima, penerbit akan menghubungi dan meminta softcopy, baru diberikan kontrak penerbitan. Sebaliknya, naskah yang tidak diterima akan dikembalikan. “Seandainya lebih dari tiga bulan, belum mendapat kabar. Jangan ragu menanyakan ke penerbit,” tutur penyuka warna ungu ini.
Sebelum mengakhiri wawancara, Erlin berpesan bagi semua orang yang bercita-cita menjadi penulis. “Siapapun yang ingin menghasilkan novel, jangan ragu mengirimkan karyamu. Kalaupun ada yang pernah mengirim ke penerbit namun belum berhasil, jangan pernah putus asa,” tutupnya. (ms1,ent)
[ Posted 04/01/2011 oleh welly ]