Cyber Media
Call Warta: 2981039
Jika ada yang mengatakan bahwa kuliah kurang bisa memberi bekal yang cukup dalam menapaki dunia kerja, pernyataan itu perlu dikaji lagi jika menyinggung keberadaan Ubaya. Ubaya sebagai universitas besar yang telah lama mengabdikan diri di masyarakat meyakini bahwa masa perkuliahan di Ubaya bisa memberi bekal yang cukup bagi para lulusannya kelak. Hal tersebut tercermin dari pandangan bahwa Ubaya berorientasi pada masa yang akan datang bukan hanya masa kini.
“Lulusan yang Ubaya cetak harus mampu mengantisipasi masa depan untuk bisa menyesuaikan dinamika perkembangan masyarakatnya,” tukas Prof Drs Wibisono Hardjopranoto MS, rektor Ubaya mengenai profil lulusan yang dihasilkan. Menurutnya, sangat penting untuk mampu membaca tren perubahan yang menjanjikan dalam masyarakat dinamis agar bisa melihat peluang yang ada. Maka, Ubaya melalui dosen dan berbagai layanan yang ada membantu mahasiswanya tanggap pada berbagai isu yang beredar.
Harapannya, wisudawan yang dihasilkan telah membawa dua bekal penting menyongsong dunia kerja yaitu hardskill dan softskill. Sediaan keilmuan atau hardskill sendiri penting sebagai pijakan dalam pengambilan keputusan dan evaluasi di berbagai aspek kehidupan. Penguasaan kecakapan di luar teori atau softskill juga menjadi nilai tambah tersendiri sebagai penyeimbang knowledge. Orientasi ke depan sendiri menjadi suatu peringatan agar terus meng-update berbagai kemajuan yang ada dan tidak tertinggal. “Kedua bekal tersebut harus dilandasi juga oleh suatu nilai utama yaitu kebenaran,” tegas Prof Wibi.
Perguruan tinggi yang benar pasti selalu mengajarkan kebenaran, yang dalam hal ini berarti kebenaran keilmuan untuk menjalani dua dunia berbeda yaitu rasional dan empiris. Dengan kebenaran tersebut, lulusan Ubaya sudah mampu menjadi manusia bebas yang mengarungi kehidupan dengan teguh. “Namun, jangan lupa mengamalkan apa yang dimiliki pada orang di sekitarnya sebagai suatu pengabdian pada bangsa dan negara,” imbuh pria ramah ini.
Tuntutan untuk bisa memosisikan diri di tengah pergaulan pun bertambah seiring lulusnya seorang wisudawan. Kesan kanak-kanak yang selalu ditoleransi kesalahannya harus segera diganti dengan citra lulusan yang mampu bersaing dan berusaha. “Ubaya bahkan menuntut dosennya untuk bisa membangun keilmuan dan karakter mahasiswanya agar bisa mewujudkan profil lulusan ideal,” ujar Prof Wibi. Hal tersebut tentu menggambarkan jelas itikad Ubaya untuk turut mencerdaskan generasi muda yang juga siap membaktikan diri demi kemajuan bangsa. Sisanya, tergantung semangat dan motivasi mahasiswa sendiri.
Dengan berbagai fasilitas penunjang seperti kurikulum, laboratorium, dan dosen pengajar yang ahli di bidangnya, perkuliahan di Ubaya pun menjadi sarana bagi mahasiswa untuk siap bertumbuh kembang di masyarakat pada akhirnya. Lulusan S1 yang matang dalam sikap dan pemikiran, lulusan S2 yang piawai di bidangnya, lulusan D3 yang terampil menangani pekerjaan. Profil ideal itulah yang ingin Ubaya cetak tiap tahunnya.
“Intinya, lulusan Ubaya pasti mampu tampil di depan sebagai leader bagi lingkungannya,” pungkasnya. Dalam masyarakat pun lulusan Ubaya bukan lah job seeker yang ditolak. Justru menjadi incaran para pelaku bisnis dan industri karena apa yang dimiliki hasil perkuliahan.
Menanggapi berbagai pilihan langkah ke depan setelah lulus, Prof Wibi mengingatkan agar wisudawan sudah memiliki agenda yang jelas mengenai masa depan. Hal tersebut penting untuk bisa memosisikan diri menyongsong berbagai dinamika pembaruan di masyarakat. Entah ingin langsung bekerja atau kembali menambah ilmu lewat berbagai pendidikan formal atau non-formal. ”Jangan sampai salah keputusan yang hanya menyebabkan penyesalan,” nasihat Prof Wibi bijak.
Prof Wibi juga mengingatkan agar lulusan Ubaya memiliki niat untuk mengambil peran sekecil apapun untuk membawa dunia lebih baik. Ibarat sebuah orkestra, peran sekecil apapun sangat penting untuk mendukung yang lain menghasilkan suatu harmoni. ”Jangan lupa, konsep belajar kita adalah long live learning. Tidak ada kata cukup untuk belajar selama kita masih hidup,” tutupnya. (mei)