Cyber Media
Call Warta: 2981039
Tak bisa dipungkiri lagi, dunia kerja membutuhkan orang-orang yang handal tak hanya dalam hardskill, namun juga softskill. Seberapa penting sih softskill ini? Coba saja bayangkan, lulusan dengan IPK 3,9 namun tidak bisa berkomunikasi dengan baik, bicaranya gelagapan, dan tidak bisa bekerja secara tim. Bisa jadi, tak lebih dari sebulan ia sudah keluar atau dikeluarkan dari tempat kerjanya. Jelas sudah pentingnya softskill bagi mahasiswa. Tanpa softskill, mahasiswa bagaikan kerupuk melempem. Dari luar kelihatan pintar, tapi tidak bisa bersaing di dunia kerja.
Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya mata kuliah Leadership for Quality. Meskipun namanya “leadership”, namun mata kuliah di Teknik Industri (TI) Ubaya ini tak hanya melulu soal kepempimpinan. Mahasiswa akan dibekali juga dengan ketrampilan lain seperti kemampuan bekerja di bawah tekanan, mengelola waktu, mengorganisir dan memecahkan masalah.
Bicara soal kemampuan memecahkan masalah, mahasiswa peserta Leadership for Quality dituntut untuk memecahkan masalah nyata yang ada di sekitar mereka. Proses pembelajaran ini disebut juga sebagai belajar dari kehidupan nyata. Nama kerennya, real life learning. Para mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok Gugus Kendali Mutu (GKM). “Asal mulanya dari Jepang, dimana tiap kelompok GKM berisi beberapa karyawan melakukan pengendalian dan perbaikan di tempat kerjanya,” ujar Drs M. Rosiawan MT, salah satu dosen pengasuh Leadership for Quality.
Hasil GKM ini sudah terlihat nyata lho. Bahkan ada beberapa hasil GKM yang sudah diterapkan dalam skala universitas. Contohnya saja peta Ubaya plus penunjuk jalannya. “Idenya bermula dari pengamatan mahasiswa terhadap orang luar Ubaya yang kebingungan mencari lokasi suatu gedung di Ubaya,” terang M. Lisa Mardiono ST MT selaku kepala Lab Quality Performance Management TI Ubaya dan juga dosen pengasuh Leadership for Quality.
Selain GKM, ada satu lagi yang unik dari Leadership for Quality. Mahasiswa juga akan dilatih softskill-nya melalui aktivitas di luar kelas yang sayang sekali untuk dilewatkan, yakni inbond dan outbond. Harapannya, melalui kegiatan-kegiatan seperti GKM dan outbond, mahasiswa tak hanya menguasai ilmu TI, tapi juga memiliki soft competence sebagai bekal di dunia kerja. “Sebab, untuk jadi seorang profesional, harus cerdas dalam softskill,” tutup Rosiawan. (nic)