Cyber Media
Call Warta: 2981039
Belakangan ini, perubahan iklim global telah meresahkan berbagai pihak di seluruh dunia. Untuk mengatasinya, banyak pihak mulai dari pemerintah, kampus maupun LSM lingkungan hidup, berusaha untuk menanggulangi hal tersebut. Lalu munculah isu mengenai green university, yang di Surabaya sendiri tergolong baru. “Hal ini berkaitan dengan konservasi yang bisa dilakukan dimanapun, tak hanya di kampus saja,” buka Ir Mas Agus Mardyanto ME PhD selaku Kajur Teknik Lingkungan ITS. Sehingga bila satu kota mau saling bekerjasama untuk melakukannya maka akan menurunkan suhu udara setidaknya setengah derajat.
“Ini saatnya bagi kita untuk mempopulerkan green university,” cetus Agus. Untuk mewujudkannya bisa dengan menanam banyak tanaman. Namun bukan di pot, karena itu hanya akan menahan polutan namun tidak dapat meresap air dan itu bukan konservasi. “Konservasi ini juga bisa dilakukan dengan merubah pengerasan jalan yang biasanya dengan semen, aspal, beton diganti menggunakan pavingstone,” ungkap pria kelahiran Blora, 16 Agustus 1962.
ITS sendiri membuat pilot project berupa water treatment untuk mengolah air limbah dari asrama sejak tahun lalu. Untuk tahun ini, sedang diupayakan agar dapat melayani perumahan dosen, yang gunanya agar air limbah yang keluar selesai di olah maka akan memenuhi standar baku air limbah buangan. “Surabaya pada tahun 90an telah mencoba mendisain pengolahan limbah tersebut, namun hal tersebut gagal karena masyarakat belum siap untuk membayar atas limbah yang telah di hasilkan,” tambahnya.
Standarisasi mengenai green university ini belum ada dan belum dibuat. Bila dibuat ia menyarankan ada baiknya seperti Kalpataru yang diberikan pemerintah, yaitu dibuat sebuah kompetisi untuk mewujudkannya agar semua bersemangat untuk berpartisipasi.
Agus berharap agar konservasi ini dilakukan dengan kemauan dan kesadaran dari setiap individu untuk ikut berpartisipasi untuk mewujudkannya. Salah satunya dengan mematuhi peraturan tidak membuang sampah sembarangan dan dilarang merokok. Pria yang mengajar mata kuliah ekohidrologi ini menyarankan, “Agar dalam membangun usahakan banyak lahan terbuka yang ditanami, sehingga banyak air yang terserap dalam tanah, meskipun tidak semua resapan air tanah dapat digunakan, setidaknya dapat mengurangi banjir.” (art)