Cyber Media
Call Warta: 2981039
Maraknya isu global warming di seluruh dunia mulai mendapat perhatian dari masyarakat luas, mulai dari pemerintah kota, LSM, sampai pada lembaga-lembaga pendidikan, termasuk universitas. Konsep green university pun mulai dijalankan sebagai suatu bentuk kepedulian pada lingkungan sekitar. Ubaya juga ambil bagian dengan mewujudkan green university di Ubaya Training Center (UTC), Trawas.
“Konsep ini bukan karena sedang nge-trend atau kenapa, tapi memang karena kita punya kesadaran untuk menjaga lingkungan kita,” tutur Drs Darmo Handojo, Apt. Tentang green university, Direktur Integrated Outdoor Campus ini menegaskan bahwa tujuan utama dari konsep ini adalah mengedukasi masyarakat sekitar kampus dan tamu-tamu yang menginap di UTC. Targetnya, selepas menginap, tamu-tamu memiliki budaya hidup bersih dan tidak menganggap UTC adalah penginapan biasa.
Green University adalah suatu gagasan untuk lebih peduli pada lingkungan, terutama dalam lingkup lingkungan hidup. Tak hanya membuat konsep saja, namun ada langkah jelas yang sudah dilakukan di Kampus III Ubaya tersebut. Mulai dari rumah kompos di bawah pimpinan Pusdakota, rumah tenaga surya, pemilahan sampah basah dan kering, sampai pendayagunaan urin dan feses manusia. “Kita ingin sampah yang semula menjadi masalah bisa menjadi sesuatu yang luar biasa bila diolah dengan benar,” tukas penghobi baca dan basket ini.
Sejauh ini, hasil penguraian sampah basah dan kering dari rumah kompos digunakan sendiri untuk pupuk tanaman organik milik Ubaya. Tanaman organik yang ditanam ini bukan ditujukan semata-mata demi mencari untung, namun sekali lagi untuk memberi contoh nyata pada masyarakat. Begitu pula untuk rumah tenaga surya, meski masih dalam status trial and error, Ubaya berharap dalam jangka waktu ke depan bisa memetik hasilnya dan menunjukkan hasilnya pada masyarakat umum. “Kita kan hidup di negara tropis, jadi kita tidak hanya mengeluh kepanasan tapi bisa mendapat manfaat dari kelimpahan matahari ini,” tegas Darmo.
Meski dirasa mahal dalam pengembangannya, tapi konsep ini harus dimulai sejak sekarang sebelum benar-benar terlambat. Pria kelahiran 1 Maret 1951 ini berharap agar lewat Ubaya, visi edukasi pada masyarakat peduli lingkungan bisa terlaksana sehingga bencana alam yang terjadi karena kerusakan alam bisa dikurangi. “Mari kita mulai dari diri kita sendiri, sebelum memengaruhi yang lain,” tutupnya. (sv5)