Cyber Media
Call Warta: 2981039
Seakan tak mau kalah dengan perguruan tinggi lainnya, saat ini Ubaya juga mencanangkan program green campus (istilah untuk universitas yang peduli pada lingkungan). Untuk itu, WU telah ”mengorek” informasi seputar green campus kepada Drs Muhammad Rosiawan MT, salah seorang dosen Teknik Industri Ubaya.
Menurut pria berkacamata itu, tujuan dari program green campus adalah Ubaya ingin berperan serta dalam penanganan perubahan iklim yang disebabkan oleh efek rumah kaca (Greenhouse Gas Effect). ”Efek tersebut diakibatkan kegiatan manusia yang banyak menghasilkan gas karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan Klorofluorokaron (CFC),” ulasnya. Gas-gas tersebut menyebabkan sinar matahari tidak bisa dipantulkan dan terkumpul ke awan sehingga kembali lagi ke bumi, akibatnya suhu bumi meningkat. Fenomena inilah yang menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga lama kelamaan daratan akan tenggelam.
Untuk mengantisipasi hal itu, pria yang hobi membaca itu mencoba menetapkan berbagai langkah yang harus diambil, terutama di Ubaya. Mulai dari penanaman pohon, penghematan energi, sampai pendirian kelompok pencinta lingkungan. ”Sebuah kampus yang ideal seharusnya melakukan penghijauan sekitar 30% dari luas lahan yang ada. Mengingat luas lahan Ubaya yang sekitar 30 hektar, saya rasa itu sudah cukup mendukung untuk dilaksanakan,” jelasnya. Selain itu seluruh civitas akademika Ubaya diharapkan menjaga kebersihan lingkungan. Tak kalah penting adalah meminimalisasi pengunaan energi, seperti mematikan lampu dan air jika sudah tak digunakan. ”Semua orang yang ada di Ubaya harus berkomitmen penuh untuk menciptakan suasana kampus yang ramah lingkungan. Bahkan seharusnya mahasiswa mampu melakukan terobosan seperti menciptakan energi alternatif,” tegas pria yang mengabdi di Ubaya sejak 1993 itu.
Tentunya untuk membina kesadaran di antara semua pihak, perlu adanya motivasi yang mendorong. Mulai dari teladan yang diberikan para pimpinan, pemberian apresiasi bagi yang berjasa di bidang lingkungan, penyediaan anggaran yang memadai sampai pemberian sanksi bagi yang melanggar.
Soal standar yang menjadi acuan, pria yang menjadi ketua masyarakat standarisasi koordinator wilayah Jawa Timur itu mengatakan bahwa Ubaya dapat menggunakan standar International Organization for Standardization (ISO) 14001 yaitu standarisasi internasional yang bertujuan mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi.
Aplikasinya meliputi pembangunan rumah ramah lingkungan, penebangan hutan secara legal, pemakaian bahan baku yang ramah lingkungan yaitu yang mudah didaur ulang. Bahkan di negara kita semua produk industri harus mencantumkan label Standar Nasional Indonesia (SNI) yang langsung dibawahi oleh ISO
Sebagai penutup, alumnus ITB ini berharap agar seluruh anggota Ubaya harus sadar lingkungan agar tercipta kebersihan kampus dan suasana belajar yang sehat dan nyaman. ”Kesadaran itu harus dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan harus dimulai sekarang juga,” tutup konsultan ISO di beberapa perusahaan ini. (re4)