Cyber Media
Call Warta: 2981039
Pernah membayangkan jika suatu saat, ketika hendak parkir di Ubaya ada tanda peringatan: ‘MAAF, PARKIR PENUH’?
Don’t worry, it will never happen!
Di tahun 2009, Ubaya menuai protes dari mahasiswa karena kebijakan baru memindahkan lahan parkir di depan perpustakaan ke lokasi baru. Meski menawarkan lahan yang lebih luas, mahasiswa yang tak terbiasa dengannya langsung merasa tak nyaman karena membuat mereka lebih sulit menjangkau kendaraannya. Kenapa sih harus dipindah?
Menjawab pertanyaan tersebut, WU menemui langsung Prof Drs ec Wibisono Hardjopranoto MS selaku rektor yang menjabat kala kebijakan itu dibuat. “Saat itu telah banyak pertimbangan yang dilakukan sebelum akhirnya ditetapkan untuk memindah lahan parkiran yang ada,” ujar Prof Wibi. Pertimbangan utama yang tak bisa disangkal adalah physical impossibility untuk menampung seluruh kendaraan bermotor di depan perpustakaan.
Fakta pun membuktikan bahwa tempat parkir dulu selalu penuh sesak akan separuh dari jumlah keseluruhan kendaraan mahasiswa. Belum lagi jika ada tamu atau pengunjung lain yang datang, bisa dipastikan mereka kesulitan mencari parkir. Masalah lain juga muncul menjelang wisuda. Dibutuhkan pengelolaan ekstra untuk mengosongkan lahan agar bisa mendirikan tenda wisuda. “Menurut saya sendiri area tersebut sudah pada kondisi tidak layak untuk menampung begitu banyak kendaraan,” sambung Prof Wibi.
Ubaya pun memindahkan lokasi parkiran dengan memfasilitasi bus untuk mobilitas mahasiswa dari parkiran ke kampus. Jika ada yang bertanya mengapa ada biaya yang harus dikeluarkan oleh pengendara roda empat, perlu diketahui bahwa parkiran yang ada saat ini dikelola oleh vendor yang bertanggung jawab atas operasional parkiran. “Secara logika, pemilik mobil pasti secara ekonomi lebih mampu dibanding pemilik motor. Itulah mengapa subsidi hanya diberikan pada pengendara motor,” terang Drs ec Stevanus Hadi Darmadji MSA QIA, WR II Ubaya saat ini.
Prioritas parkir di dalam kampus pun akhirnya terbatas hanya pada pimpinan, dosen, karyawan, dan tamu yang jumlahnya masih bisa ditampung parkiran depan perpustakaan. “Lucu memang mahasiswa sebagai tuan rumah malah dilarang parkir di depan perpustakaan. Kembali pada masalah terbatasnya lahan, bukan menomorduakan mahasiswa,” tegas Stevanus. Setelah pergantian jajaran pimpinan pun, Ubaya memastikan diri untuk terus melakukan perbaikan kualitas demi kenyamanan dan keamanan mahasiswanya. “Kami selalu siap menerima kritik dan masukan seputar fasilitas kampus. Sampaikan saja pada kami lewat situs my.ubaya.ac.id, komplain yang masuk pasti akan direspon sebaik mungkin,” tutup Stevanus. (sv, wu)