Cyber Media
Call Warta: 2981039
Ubaya kembali lagi menorehkan prestasi olah raga yang membanggakan. Untuk pertama kalinya, tim putra dan putri Ubaya berhasil meraih kesuksesan dalam grand final turnamen bola basket antar Perguruan Tinggi ‘LA Lights Campus League 2013’. Berlangsung di GOR CLS Kertajaya pada 18 Mei silam, kedua tim tersebut memberikan permainan yang apik untuk menjamu penonton yang hadir.
Setelah berhasil mengalahkan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan Universitas Atmajaya Yogyakarta di babak penyisihan, tim putra harus berhadapan langsung dengan Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) Bandung. Perjuangan yang cukup keras untuk menembus pertahanan lawan akhirnya mereka berhasil keluar sebagai juara dengan skor 62-56.
Tidak hanya tim putra saja yang bangga akan keberhasilannya merebut juara dalam liga yang bertajuk Dare to Shine ini, tetapi tim putri Ubaya yang pada saat itu berhadapan langsung dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung turut memberikan kemenangan dengan skor tipis 69-53.
Kemenangan yang diraih oleh kedua tim tersebut rupanya tidak cukup. Bagaimana tidak, dalam pertandingan yang dipadati oleh ratusan suporter ini mampu mengawinkan gelar. Sebab, kemenangan ini semakin sempurna dengan terpilihnya Katon Adjie sebagai pemain terbaik dan Ellien Pangestu sebagai Most Valuable Player (MVP) putri.
Memperoleh juara tingkat Nasional seperti itu, tidak lepas dari berbagai persiapan yang rutin mereka laksanakan. Latihan bersama, tryout sparing dengan tim porprov Surabaya dan Bali serta latihan yang berfokus pada non teknis seperti shocktherapy. Latihan tersebut bertujuan memperbaiki mental agar menjadi orang yang berani untuk berjuang. Meskipun jenuh latihan, namun kedekatan dan kekompakan antar tim mampu menghilangkan perasaan tersebut.
Senang dan bangga secara pribadi dirasakan pula oleh Wellyanto Pribadi selaku Pelatih serta Ellien Pangestu dan Arif Hidayat selaku Kapten tim. Mereka mengaku tidak pernah menyangka bisa menang dengan kondisi persiapan yang kurang mantap akibat waktu yang bersamaan dengan jadwal ujian serta masalah internal yang terjadi menjelang pertandingan tersebut. Wellyanto tidak pernah menduga dengan sisa pemain mereka tetap bisa merebut juara, karena beberapa putri yang telah ikut NBL sebelumnya tidak diperbolehkan ikut lagi. “Selain itu, yang dihadapi tim putra juga merupakan juara bertahan di Liga Basional dan telah mewakili Indonesia di POM Asia,” imbuh Wellyanto. (cyn,faz)